Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Jumeri mengaku prihatin terhadap kasus bunuh diri pelajar SMA di Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, akibat diduga stres menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ). Jumeri mengatakan di luar masa pandemi Covid 19, kejadian seperti ini juga pernah terjadi. "Sangat memprihatinkan dan menyayangkan hal ini terjadi. Ekses sebuah perubahan selalu ada, di masa normal sebenarnya kejadian sejenis juga ada. Indonesia negeri luas dengan banyak disparitas," ujar Jumeri saat dikonfirmasi, Senin (19/10/2020).
Kemendikbud, menurut Jumeri, telah memberikan bimbingan kepada guru untuk tidak memberikan tugas berat kepada siswa selama PJJ. Dirinya meminta para guru agar dapat memahami kondisi psikologis siswa yang menjalani pembelajaran daring. "Kita sudah bimbing guru untuk tidak bebani siswa dengan tugas berat, bisa memahami kondisi psikologis siswa," ucap Jumerim
Meski begitu, Jumeri mengakui pelaksanaan kebijakan PJJ tidak selalu berjalan sesuai rencana. Jumeri mengatakan selama ini Kemendikbud terus melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan daerah untuk memastikan PJJ berjalan sesuai koridor. "Implementasi kebijakan kita di lapangan memang sering tidak semulus yang kita bayangkan. Kami sudah sering berkordinasi dengan daerah untuk memastikan pelayanan berjalan baik," pungkas Jumeri.
Seperti diketahui, pelajar kelas 2 SMA berinisial MI (16 tahun) di Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, ditemukan terbujur kaku di bawah tempat tidurnya pada Sabtu, (17/10/2020) 08.30 WITA. Jasad MI pertama kali ditemukan adiknya, IR (8) yang kemudian memanggil pertolongan lantaran saat peristiwa berlangsung kedua orangtua korban tengah berada di kebun. Aparat kepolisian yang tiba di lokasi mengamankan cangkir teh berisi cairan biru serta kemasan racun rumput tak jauh dari jasad korban dan telepon seluler milik korban.
Polisi yang melakukan penyelidikan mendapatkan sebuah rekaman video mencengangkan berdurasi 32 detik dari telepon seluler milik korban dimana MI merekam dirinya saat menenggak racun. Tak hanya itu, polisi juga menemukan fakta bahwa MI nekat mengakhiri hidupnya lantaran depresi dengan beban tugas daring dari sekolahnya. Hal ini diperparah dengan akses internet yang masih sulit di kempung korban.
"Penyebab korban bunuh diriakibat depresi dengan banyaknya tugas tugas daring dari sekolahnya dimana korban sering mengeluh kepada rekan rekan sekolahnya atas sulitnya akses internet di kediamannya yang menyebabkan tugas tugas daringnya menumpuk" kata Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Jufri Natsir.